#CeritaDariKamar hari ke-24
Buat saya, kacamata adalah mata saya. Saya hampir nggak bisa melihat tulisan atau sesuatu
apakah itu bergerak mendekati dengan cepat atau diam pada jarak jauh. Minus 3.5 yang tadinya sekitar sepuluh tahun yang lalu baru 0.75, sudah cukup untuk membuat saya panik dan nggak akan berani pergi kemanapun tanpa kacamata.
Kalau beberapa orang menganggap kacamata adalah sesuatu hal yang keren, yah saya nggak sepenuhnya setuju. Apalagi kacamata gaya. Karenanya saya nggak begitu tertarik menggunakan kacamata berbagai model hanya untuk bergaya. Buat apa gaya kalau saya justru mati gaya karena nggak bisa jelas melihat, hehe. Yah, yang seperti itu memang cocok-cocokan dan minat-minatan. Buat saya, lebih indah memandang sesuatu yang indah secara langsung tanpa bantuan alat untuk melihat. Saya pikir, orang yang bermata normal terlihat lebih bebas dan lega karena bisa melihat semua hal dengan lebih jelas.
Sejak SMP, sudah beberapa kali saya mengganti kacamata karena minus yang terus bertambah. Namun beberapa tahun belakangan ini, rasanya saya masih nyaman melihat dengan kacamata tersebut sehingga saya nggak berminat untuk mengganti dengan yang baru. Dan saya bersugesti bahwa tiap kali saya memeriksakan mata, pasti hasilnya positif bertambah dan jika bertambah maka lensanya juga harus diganti. Karena semakin banyak jumlah minusnya maka semakin berat pula lensanya dan itu memberatkan tulang hidung sebagai tempat menyangga kacamata.
Sejak SMP, sudah beberapa kali saya mengganti kacamata karena minus yang terus bertambah. Namun beberapa tahun belakangan ini, rasanya saya masih nyaman melihat dengan kacamata tersebut sehingga saya nggak berminat untuk mengganti dengan yang baru. Dan saya bersugesti bahwa tiap kali saya memeriksakan mata, pasti hasilnya positif bertambah dan jika bertambah maka lensanya juga harus diganti. Karena semakin banyak jumlah minusnya maka semakin berat pula lensanya dan itu memberatkan tulang hidung sebagai tempat menyangga kacamata.
Saya nggak pernah ingat jika saya sedang menggunakan kacamata, justru saya akan merasa ada yang hilang saat refleks jari-jari melakukan gerakan memperbaiki posisi kacamata. Itulah sebabnya, justru kebebasan saya adalah saat berkacamata. Tapi kelebihan dengan minusnya mata saya adalah saya bisa mengenali gerak atau gestur seseorang yang saya kenal dari bentuk badan, tingginya atau hanya dari cara berjalannya saja dari jauh. Selain itu jika saya nggak ingin melihat sesuatu yang menyakitkan hati, saya tinggal melepas kacamata saja dan berpaling. Walau sebenarnya saya nggak pernah melakukannya dan berharap saya nggak perlu melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Welcome blogger.... ^_^
Ber-komen-lah dengan bahasa yang baik & no SARA.