Minggu, 30 Desember 2012

Seujung Harapan


Hujan.

Di saat sebagian orang mengeluh karena rencana yang telah dibuat tidak tepat seperti yang diharapkan atau tidak dapat bertemu dengan orang-orang berharga atau hal lainnya.


Sebagian orang yang lain begitu bersyukur karena air jatuh yang gratis pemberian Allah SWT itu mengairi ladang, penampungan air maupun sungai yang tidak lagi bisa disebut sungai karena hanya berisikan bebatuan.

Sungguh sikap yang berbeda atas pemberian yang sama dari Sang Pemilik Semesta.

Semoga kita menjadi insan yang senantiasa bersyukur atas segala yang diberikan.

Bukankah habis gelap terbitlah terang.

Bukankah ada kemudahan terselip di antara kesusahan. Bahkan ada cobaan di setiap nikmat yang kita dapat.

Bukankah pelangi selalu hadir setelah badai.

Itulah harapan, walau hanya seujung namun berpengaruh besar bagi siapa saja yang beruntung  memiliknya.










6 komentar:

  1. postingan yang begitu bermakna... Subhanallah yah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillahirobbil'alamiin yah. . .walaupun sy merasa masih ada kemungkinan u/mengeluh n kadang juga merasa harapan yg sedikit artinya nggak ada harapan

      Hapus
  2. setuju Neng Ran....tidak ada yang melebihi kadarnya (kecuali kalau kita yang melampaui batas) sehingga tidak ada yang tidak patut kita syukuri....

    Hujan,,, aku akan selalu merindukanmu, seperti aku merindukan mentari ketika bumi ini mulai terlalu basah oleh air mata yang membanjiri. Aku akan selalu merindukanmu, seperti rindunya pepohonan, sepertinya rindunya biji biji kering yang berterbangan, seperti rindunya bunga layu yang tak sempat indah memekar.

    :D

    maaf baru sempat nongol di mari

    BalasHapus
    Balasan
    1. stuju stuju...

      nyaaaah..kalah puitis kata-kata sy, hiiiiing :(

      Hapus
    2. saya dak ada emot kaskus sini....maunya si pengen narsis..... :D

      Hapus
    3. eeahahaha...ndak usah narsis-narsisan :D

      Hapus

Welcome blogger.... ^_^
Ber-komen-lah dengan bahasa yang baik & no SARA.