Ngeek.. beginilah kira-kira yang bakal kita rasakan kalau tiba-tiba lengan baju kaos nyangsang alias nyangkut di pegangan pintu, kagetnya bukan main. Zruut... beginiliah kira-kira yang bakal kita rasakan saat notebook tau-tau berubah posisi karena tanpa sadar kita mengambil sesuatu yang cukup jauh dari jangkauan saat earphone masih nangkring di kuping, kagetnya bukan main. Atau pletaaak dan aoww.... beginilah kira-kira yang bakal kita rasakan saat tiba-tiba tangan seseorang mendarat di atas kepala kita karena tanpa sengaja nginjek jempol kaki orang tersebut dengan sepatu ber-hak tebal kita, kagetnya bukan main boooook >_<
Masalahnya sih sebenarnya hanya satu,
gak sengaja...tapi justru ketidaksengajaan itu membawa kita pada sebuah kesialan buat diri sendiri dan atau bahkan orang lain, dan itu merupakan bencana.
Seperti tokoh kita yang satu ini, sebut saja Oca. Lihat saja style-nya hari ini, dari kepala sampai kaki gak ada yang tampak normal. Rambut kuncir kudanya hampir melorot dan poni tipis yang seharusnya berbaris rapi di atas alis jadi pada migrasi semua ke atas kepala. Wajahnya seperti lukisan luntur karena keringat yang menyapu sebagian bedak taburnya. Ujung depan kemejanya kusut dan enggan kembali seperti semula karena selama di angkot tadi Oca tak henti-henti mengucek-nguceknya. Pada bagian bawah celana khakinya terdapat bekas cipratan lumpur. Sneakernya pun tak mau kalah dalam ajang style berantakan Oca, penuh lumpur hampir kering di semua bagian telapaknya yang membuat lantai yang dijejakinya mendapat stempel lumpur. Bahkan napasnya berebut kejar-kejaran antara masuk ke hidung dan keluar dari mulut yah simpelnya ngos-ngosan.
Tok tok dua kali ketukan pada pintu cukup menarik perhatian seluruh penghuni kelas untuk sejenak.
"Permisi, Pak...maaf terlambat." kata Oca berhati-hati meminta ijin.
Setelah mendapat anggukan dari sang dosen, Oca segera menuju bangku dan duduk sekena dan seadanya sambil sedikit mengatur napas agar tidak terlihat ngos-ngosan.
Selembar tisu datang dari arah kanan.
"Mesti ya Ca, telat..." suara setengah berbisik seorang cewek di sebelah diabaikannya begitu saja, perempuan itu gak lain adalah sohibnya, Lisa.
Tanpa menoleh, diambilnya tisu tersebut dan Oca mulai menyapu bersih semua yang ada di wajahnya sehingga telihat lebih lumayan daripada sebelumnya.
"Ckckck...padahal udah tak SMS tadi." kata seorang lagi yang berada di sebelah sohibnya itu menatap Oca sambil membenarkan letak kacamatanya juga dengan setengah berbisik ke arahnya. Orang itu juga sohibnya, Kinar.
Oca hanya menoleh ke arah Kinar dan mengangguk-angguk dengan tatapan sayu karena sekali lagi, masih ngos-ngosan kemudian kembali menghadap ke depan.
"Ssstt!" dari depan, seorang cowok menoleh ke belakang dan memberi isyarat untuk diam.
"Apa.. Den." dengan suara tertahan dan menendang bangku cowok yang berada di depannya Oca bereaksi.
Sementara seorang cowok di sebelah cowok yang berada di depan Oca ikut-ikutan mengejek dengan gerakan menertawakan Oca. Oca hanya mengepalkan tangan dan mengarahkan ke cowok tersebut seolah-olah hendak meninju cowok tersebut dan dibalas oleh cowok tersebut dengan gerakan serupa. Cowok di depan Oca adalah Deni dan di sebelah Deni adalah Bagas, mereka juga sohiban seperti Lisa dan Kinar.
Masalahnya sih sebenarnya hanya satu,
gak sengaja...tapi justru ketidaksengajaan itu membawa kita pada sebuah kesialan buat diri sendiri dan atau bahkan orang lain, dan itu merupakan bencana.
Seperti tokoh kita yang satu ini, sebut saja Oca. Lihat saja style-nya hari ini, dari kepala sampai kaki gak ada yang tampak normal. Rambut kuncir kudanya hampir melorot dan poni tipis yang seharusnya berbaris rapi di atas alis jadi pada migrasi semua ke atas kepala. Wajahnya seperti lukisan luntur karena keringat yang menyapu sebagian bedak taburnya. Ujung depan kemejanya kusut dan enggan kembali seperti semula karena selama di angkot tadi Oca tak henti-henti mengucek-nguceknya. Pada bagian bawah celana khakinya terdapat bekas cipratan lumpur. Sneakernya pun tak mau kalah dalam ajang style berantakan Oca, penuh lumpur hampir kering di semua bagian telapaknya yang membuat lantai yang dijejakinya mendapat stempel lumpur. Bahkan napasnya berebut kejar-kejaran antara masuk ke hidung dan keluar dari mulut yah simpelnya ngos-ngosan.
Tok tok dua kali ketukan pada pintu cukup menarik perhatian seluruh penghuni kelas untuk sejenak.
"Permisi, Pak...maaf terlambat." kata Oca berhati-hati meminta ijin.
Setelah mendapat anggukan dari sang dosen, Oca segera menuju bangku dan duduk sekena dan seadanya sambil sedikit mengatur napas agar tidak terlihat ngos-ngosan.
Selembar tisu datang dari arah kanan.
"Mesti ya Ca, telat..." suara setengah berbisik seorang cewek di sebelah diabaikannya begitu saja, perempuan itu gak lain adalah sohibnya, Lisa.
Tanpa menoleh, diambilnya tisu tersebut dan Oca mulai menyapu bersih semua yang ada di wajahnya sehingga telihat lebih lumayan daripada sebelumnya.
"Ckckck...padahal udah tak SMS tadi." kata seorang lagi yang berada di sebelah sohibnya itu menatap Oca sambil membenarkan letak kacamatanya juga dengan setengah berbisik ke arahnya. Orang itu juga sohibnya, Kinar.
Oca hanya menoleh ke arah Kinar dan mengangguk-angguk dengan tatapan sayu karena sekali lagi, masih ngos-ngosan kemudian kembali menghadap ke depan.
"Ssstt!" dari depan, seorang cowok menoleh ke belakang dan memberi isyarat untuk diam.
"Apa.. Den." dengan suara tertahan dan menendang bangku cowok yang berada di depannya Oca bereaksi.
Sementara seorang cowok di sebelah cowok yang berada di depan Oca ikut-ikutan mengejek dengan gerakan menertawakan Oca. Oca hanya mengepalkan tangan dan mengarahkan ke cowok tersebut seolah-olah hendak meninju cowok tersebut dan dibalas oleh cowok tersebut dengan gerakan serupa. Cowok di depan Oca adalah Deni dan di sebelah Deni adalah Bagas, mereka juga sohiban seperti Lisa dan Kinar.
Setengah jam yang lalu.
"Woooi!" Tanpa aba-aba, seorang bapak langsung menoleh dan berteriak. Oops, yah kena deh pak RT batinnya karena baru menyadari apa yang terjadi.
"Waaaa! Maaf, Pak. Gak sengaja." Karena sudah dalam keadaan lari, Oca pun semakin menambah kecepatan dan panik bagaikan maling yang dikejar orang sekampung. Oca terus berlari sepenuh hati emm sekuat tenaga sambil memperbaiki sebelah sepatunya yang hampir berlari duluan alias hampir lepas.
Oca sempat menengok dan wadaw rupanya pak RT hampir saja jatuh karena menimpa pagar rumahnya. Rupanya pagar yang tengah diperbaiki itu juga hampir roboh karena menahan badan pak RT yang bongsor itu.
"Ca, rusak lagi nih! Sini perbaiki..." kata pak RT.
"Ca, rusak lagi nih! Sini perbaiki..." kata pak RT.
"Nanti ya Pak saya perbaikinya. InsyaAllah. Saya janji." kata Oca sambil terus berlari padahal pak RT gak ngejer. Rupanya si Oca memang sedang terburu-buru. Sementara itu pak RT masih komat-kamit dengan gejenya karena kesal setelah
tanpa sengaja disenggol Oca. Sesaat kemudian pak RT hanya geleng-geleng sambil masih melihat Oca yang semakin jauh berlari.
Sebuah warung dilewati Oca dan tepat di depan warung karena kurang perhitungan, Oca lantas mengijak genangan air bekas hujan. Ternyata itu bukan sekedar genangan air, bisa ditebak ada lumpur di dalamnya.
"YAAAH!" teriak Oca karena kaget dan berhenti sejenak.
"Lha, mbak Oca kok gak lihat-lihat...sini dibersihkan dulu sebentar pake air." kata seorang Ibu paruh baya yang juga gak kalah kaget dengan Oca, segera keluar dari warung dan bergegas menuju ke ember yang berisi air di luar warung.
"Gak papa mbok Min, Oca buru-buru nih. Assalamu'alaikum!" kata Oca lewat begitu saja dengan sedikit mengurangi kecepatan.
"Wa'alaikumussalam...hati-hati mbak Oca." kata mbok Min.
"Wa'alaikumussalam warohmatulloh..." kata pak Min hampir bersamaan.
Oca yang juga melihat pak Min hanya melihat sambil nyengir memperlihatkan gigi-giginya, hihihi.
Oca akhirnya berhenti di pengkolan sambil tetap mengusapkan kakinya pada tanah agar lumpur cepat mengering dan lepas dari sepatunya. Mata Oca dengan liar mengarahkan pandangan ke segala arah datangnya semua kendaraan yang mungkin lewat di depannya. Akhirnya sebuah angkutan kota atau angkot berwarna biru berkode N pada pelatnya menuju ke arah Oca. Belum sampai angkot itu berhenti, Oca dengan sigap lompat ke dalam angkot. Beruntung Oca, karena angkot pagi ini masih belum begitu penuh sesak.
Sebenarnya Oca bisa saja pergi menggunakan Motik, sebutan untuk motor matic miliknya. Tapi apa daya, ternyata ban belakang Motik bocor karena terlihat dengan jelas bannya kempes habis. Akhirnya ya seperti itulah Oca berakhir.
Di kelas saat istirahat pergantian mata kuliah.
Oca, Lisa, Kinar, Deni dan Bagas sedang asyik memamahbiak beragam jenis snack yang berasal dari ransel Lisa dan Kinar.
"Yah nasib, selalunya begini...ada aja kehebohan yang kubuat." kata Oca.
"Yaaa, begitulah." dengan gaya sok cool-nya, Deni menimpali sambil asyik mengupas kulit kacang dan memakannya.
"Trouble maker." serentak Lisa, Kinar dan Bagas ikut berkomentar.
"Ceeeehh.." kata Oca.
Oca yang kemudian mengambil jet zet berniat membukanya, tapi karena terlalu keras bungkusnya terbuka terlalu lebar dan menumpahkan sebagian isinya.
"Eeeeuuu.." semua kaget, Oca hanya meringis.
Kinar yang asyik berinternet mengambil sebuah jet zet yang mendarat di keyboard netbook-nya dan memakan jet zet itu.
"Eh eh lihat nih, ada banyak pilihan di acara festival kampus yang bisa kita ikuti besok. Ikutan yuk, kan ada Oca..." masih mengunyah jet zet sambil nyengir dan memainkan alis matanya ke arah Oca.
"Mana, coba sini tak lihatnya Ki?" Bagas yang ada di sebelah Kinar penasaran.
"Kenapa OCA, Ki?" Oca protes dengan memberikan penekanan pada namanya dan setengah ingin tahu.
"Nih.." kata Kinar seraya memutar notebook-nya agar yang lain juga bisa ikut melihat.
Pada layar yang di-block Kinar terbaca 3. Parodi.
"Meeeeeh..." tanda Oca gak setuju.
"Hahahay bener tuh ikut dah, Ca. Udah kebayang bakal ancur kocaknya." kata Bagas.
"Apase, Gas. Kalian aja, kalian kan sama gilaknya." jawab Oca dengan santai sambil menyunggingkan bibirnya ke atas.
"Heh! bener-bener kacau ntar acaranya. Malu-maluin." kata Lisa. Oca, dengan ekspresi wajah-hehe-nya mengayun-ayunkan tangan kiri Lisa karena merasa dibela.
"Kayaknya seru festival ini, kita ikutanlah..." kata Deni tanpa memindahkan pandangan dari layar netbook dengan mata yang terus membaca.
"Oke kita ikut no. 2, mading!!" dengan semangat '45, Deni memutuskan begitu saja. Sepertinya kali ini semua mulai memikirkan dengan serius, sepertinya benar bakalan seru. Sepertinya semua setuju.
Sebuah warung dilewati Oca dan tepat di depan warung karena kurang perhitungan, Oca lantas mengijak genangan air bekas hujan. Ternyata itu bukan sekedar genangan air, bisa ditebak ada lumpur di dalamnya.
"YAAAH!" teriak Oca karena kaget dan berhenti sejenak.
"Lha, mbak Oca kok gak lihat-lihat...sini dibersihkan dulu sebentar pake air." kata seorang Ibu paruh baya yang juga gak kalah kaget dengan Oca, segera keluar dari warung dan bergegas menuju ke ember yang berisi air di luar warung.
"Gak papa mbok Min, Oca buru-buru nih. Assalamu'alaikum!" kata Oca lewat begitu saja dengan sedikit mengurangi kecepatan.
"Wa'alaikumussalam...hati-hati mbak Oca." kata mbok Min.
"Wa'alaikumussalam warohmatulloh..." kata pak Min hampir bersamaan.
Oca yang juga melihat pak Min hanya melihat sambil nyengir memperlihatkan gigi-giginya, hihihi.
Oca akhirnya berhenti di pengkolan sambil tetap mengusapkan kakinya pada tanah agar lumpur cepat mengering dan lepas dari sepatunya. Mata Oca dengan liar mengarahkan pandangan ke segala arah datangnya semua kendaraan yang mungkin lewat di depannya. Akhirnya sebuah angkutan kota atau angkot berwarna biru berkode N pada pelatnya menuju ke arah Oca. Belum sampai angkot itu berhenti, Oca dengan sigap lompat ke dalam angkot. Beruntung Oca, karena angkot pagi ini masih belum begitu penuh sesak.
Sebenarnya Oca bisa saja pergi menggunakan Motik, sebutan untuk motor matic miliknya. Tapi apa daya, ternyata ban belakang Motik bocor karena terlihat dengan jelas bannya kempes habis. Akhirnya ya seperti itulah Oca berakhir.
Di kelas saat istirahat pergantian mata kuliah.
Oca, Lisa, Kinar, Deni dan Bagas sedang asyik memamahbiak beragam jenis snack yang berasal dari ransel Lisa dan Kinar.
"Yah nasib, selalunya begini...ada aja kehebohan yang kubuat." kata Oca.
"Yaaa, begitulah." dengan gaya sok cool-nya, Deni menimpali sambil asyik mengupas kulit kacang dan memakannya.
"Trouble maker." serentak Lisa, Kinar dan Bagas ikut berkomentar.
"Ceeeehh.." kata Oca.
Oca yang kemudian mengambil jet zet berniat membukanya, tapi karena terlalu keras bungkusnya terbuka terlalu lebar dan menumpahkan sebagian isinya.
"Eeeeuuu.." semua kaget, Oca hanya meringis.
Kinar yang asyik berinternet mengambil sebuah jet zet yang mendarat di keyboard netbook-nya dan memakan jet zet itu.
"Eh eh lihat nih, ada banyak pilihan di acara festival kampus yang bisa kita ikuti besok. Ikutan yuk, kan ada Oca..." masih mengunyah jet zet sambil nyengir dan memainkan alis matanya ke arah Oca.
"Mana, coba sini tak lihatnya Ki?" Bagas yang ada di sebelah Kinar penasaran.
"Kenapa OCA, Ki?" Oca protes dengan memberikan penekanan pada namanya dan setengah ingin tahu.
"Nih.." kata Kinar seraya memutar notebook-nya agar yang lain juga bisa ikut melihat.
Pada layar yang di-block Kinar terbaca 3. Parodi.
"Meeeeeh..." tanda Oca gak setuju.
"Hahahay bener tuh ikut dah, Ca. Udah kebayang bakal ancur kocaknya." kata Bagas.
"Apase, Gas. Kalian aja, kalian kan sama gilaknya." jawab Oca dengan santai sambil menyunggingkan bibirnya ke atas.
"Heh! bener-bener kacau ntar acaranya. Malu-maluin." kata Lisa. Oca, dengan ekspresi wajah-hehe-nya mengayun-ayunkan tangan kiri Lisa karena merasa dibela.
"Kayaknya seru festival ini, kita ikutanlah..." kata Deni tanpa memindahkan pandangan dari layar netbook dengan mata yang terus membaca.
"Oke kita ikut no. 2, mading!!" dengan semangat '45, Deni memutuskan begitu saja. Sepertinya kali ini semua mulai memikirkan dengan serius, sepertinya benar bakalan seru. Sepertinya semua setuju.
InsyaAllah masih lanjut... ^.^
Kata "pengkolan" sukses membuat saya ngakak :D
BalasHapusHaahahha.
Btw, koq jadi kayak kugy karmachameleon di novel perahu kertas ya, ngebayangin ancurnya Si Oca.
Atau hanya perasaan saya saja?
ditunggu kelanjutannya.
ijin CTRL+D dan sekalian follow blognya ya kak Ran.
ooh tau perahu kertas, udah pernah liat trelernya..
Hapushmm, jadi mirip ya...baiklah sy gak mau baca novelnya, ntar si Oca malah beneran jadi Kugy.
sila2...gpp gak ijin follow, kalo follow kan karena suka2 yg follow juga..
wah wah Rany tambah jago aja ngolah kalimatnya, Rany juga doyan baca yah, kerasa banget dari kalimat2 yg di pake :D, kalo inget cerita pertamanya Rany, berasa banget perkembangannya, a lot better and better... yg ini malah bagus banget, cara ceritanya udah kayak baca buku2 yg d jual aja, penuh dgn perumpamaan2... so great... jadi penasaan Tokoh Ryan oleh Rany bakalan di sulap jadi kayak apa :D... great Job Girl... ^^b
BalasHapusjustru karena menurut sy sekarang lagi jarang baca, Ki...jadi pengen bikin yg bisa dibaca minimal u/ diri sendiri....sebatas menghibur diri..nah kalo perumpamaan, itu baru beneran pengalaman >..<
Hapusoke Ryan, jadi inget diri sendiri tapi beda jalur
*nah jadi pe-er sy, bikin dua tokoh yg karakternya jomplang alias beda jauh*
uwaaaawww... detail2 penggambarannya makin mantep ajahh... bener kata kiki... perkembangannya secepet ini... nyahahaa...
BalasHapustapi karena sy orangnya gk sabaran, pengen buru2 baca "apa yg terjadi" jadi ada beberapa yg saya skip... so sorry... hehee
mungkin karena lagi lancip imajinasi sy....jadinya pas ngetik, muncul ide2..tapi ngerti kan "apa yang terjadi"?
Hapusha ha saya baca tanpa skip.....hmmmm lumayan seru Ran...di tunggu kelanjutannya
BalasHapusha ha makasi...sy juga penasaran gimana lanjutannya, hmm hmm
Hapus