Selasa, 25 Desember 2012

Apa Bisa Kembali Lagi?

Cerita sebelumnya dari QQ: Mari Berimajinasi Minna !!

     Aku akhirnya kembali ke kota kecil yang menyenangkan ini. Ya, di kota inilah aku lahir dan tumbuh. Kota yang kurang lebih setahun sudah kutinggalkan karena pindah ke kota yang jauh lebih besar dan tarpisah jarak yang sangat jauh. Kota ini sebenarnya enggak begitu menyenangkan tapi bersama semua orang dekatlah yang membuat kota ini begitu luar biasa istimewa. Tetangga juga sahabatku Willow, Zack, Viona dan Sophie kakak Willow.
Sophie yang awalnya kuanggap sebagai kakak sendiri entah sejak kapan aku pada akhirnya menyukainya. Bodohnya aku, aku menyatakan perasaanku itu padanya hanya karena aku akan pindah dan takut enggak akan dapat kesempatan lagi untuk mengungkapkan. Jelas saja, Sophie menolakku dengan alasan karena menganggapku sudah seperti adiknya sendiri. Kisah cinta pertama yang memalukan. Sungguh bodoh. Tapi kisah memalukan itu enggak menyurutkan niatku kembali lagi ke kota ini.
     "Jadi ingat, Zack, Viona...jangan bilang-bilang Will. Kita akan memberinya kejutan, key.." pesanku pada mereka dalam konferensi kami.
     "Oke." kata Zack dan Viona hampir bersamaan.
     "Aku akan bilang kalau Zack ingin menunjukkan sesuatu di gubuk kita...." kata Viona.
     "Yeeah sebenarnya ada yang ingin kutunjukkan pada Will." potong Zack.
     "OH! yang itukah? sudah jadi rupanya." aku langsung saja menebaknya dan benar saja.
     "Aha..tapi belum sempurna." kata Zack.
     "Heeey ada apa ini? aku enggak tau..."
     "Nanti saja Vio, aku ceritakan. Percaya deh." kataku.
     "Apa? apa? apa? apa?" kejar Viona.
     "Umm I have to go, bye..." putusku.

***

     Aku dan Viona meyakinkan agar Zack mau meminta maaf pada Willow, apapun alasannya yang penting Zack harus meminta maaf dulu pada Willow lagipula Zacklah yang membuat situasi jadi seperti itu.
     "Ah yang benar saja, aku ini baru kembali dengan susah payah. Kenapa kalian harus berantem sih??"
     "Aku benar-benar bingung dengan Will, Ry..Vio.." Zack melihatku dan Viona bergantian.
     "Terang saja Will marah, kalian benar-benar pasangan serasi." Viona menambahkan.
     "Kalian harus selesaikan hari ini juga. Zack, kau harus ke rumah Will." desakku pada Zack diikuti anggukan Viona. Kami menatap tajam mengancam Zack.
     "Oke oke.." Zack akhirnya setuju sambil memandang kami seraya meggerak-gerakkan kepala, membenarkan letak kacamatanya, melipat kedua tangan di dada dan menghentak-hentakkan telapak kaki kanannya ke tanah.
     "Kalian harus ikut, aku nggak mau sendiri. Terakhir kali Will marah, dia benar-benar mengerikan."
     "Aku? hmm baiklah..huuuuh." kataku ragu sambil menggembungkan mulut dan membuang napas seketika, dalam bayanganku kini adalah bagaimana jika aku bertemu Sophie. Aku rasa aku belum siap.
     "Tentu saja!" kata Viona dengan yakin. Zack dan Viona melihat usil ke arahku.
     "Apa?" tanyaku tanpa meminta jawaban mereka, tentu saja semua tau tentang aku dan Sophie.

***

     Akhirnya masalah Zack dan Willow selesai karenaku, ya...karena sikapku yang kikuk begitu bertatap mata dengan Sophie. Sophie seketika memalingkan wajah, akupun demikian. Viona yang datang belakangan dan tak tahu apa yang terjadi langsung mengolokku dan Sophie dengan sindirannya. Sophie buru-buru kembali ke kamarnya, rupanya Zack dan Willow enggak terima karena hiburan yang sedang terjadi berlangsung begitu singkat. Sial. Aku lebih kesal pada Zack dan Willow. Aku berusaha menggapai mereka. Aku menangkap Zack dan Viona tanpa aba-aba langsung memeluk pinggang Willow dari belakang agar tidak kabur. Akhirnya setelah mulai lelah, kami menyerah bermain tangkap-tangkapan dan langsung saja duduk di atas karpet besar yang lembut di ruang santai Willow.
     Viona bangkit dan mengambil minuman dingin dari kulkas di dapur sebelah ruang santai ini. Diikuti dengan Willow yang mengambil beberapa snack dan beberapa kue buatan nenek Carla dari lemari penyimpanan.
     "Hey Ry, kau belum cerita bagaimana bisa kembali kemari." kata Zack yang masih terengah-engah dan tiduran di atas karpet.
     "Kau tahu toko kelontong milik Dad?" kataku sambil terus menatap lurus ke arah lukisan besar yang dipaku pada dinding. Lukisan kakek Peter dan nenek Carla, batinku. Begitu anggun. Oh, apa yang baru saja kulihat?
     "Hey kau lihat itu, Zack?" kataku sambil bangun seketika dari keadaan tiduran kemudian duduk dan menatap lukisan tersebut. Ah nggak mungkin, meyakinkan diri.
     "Lihat apa?" Zack penasaran dan segera mengambil posisi duduk juga. Viona yang telah bergabung dengan limun dingin di tangannya melihatku sekilas kemudian melihat ke arah lukisan kakek dan nenek Willow.
Willow yang masih berdiri dengan penuh bungkusan snack dan sepiring kue di tangannya juga melihat lukisan itu.
     "Hooh... Kakeeeeek, hentikan!" tiba-tiba saja Willow berteriak ke arah lukisan itu.
     Sontak kami menoleh ke belakang ke arah Willow dan kembali melihat lukisan tersebut.
     "Hey, aku tahu." kata Zack sambil menyenggol lengan kiriku.
     "Sepertinya aku juga tahu." kataku
     "Berhenti memata-matai...!!" kata Willow. Sementara Viona mengambil snack dari tangan Willow dan mulai mengunyah isi yang ada di dalam bungkusan, seolah-olah sedang menikmati sebuah tontonan drama.
     "Terima kasih, Kakek. Jangan ngambek." tentu saja kata-kata Willow nggak dapat jawaban dari kakek Peter. Willow akhirnya duduk. Kami berempat dalam posisi duduk.
     "Aku benar-benar merinding tadi, menyetujui apa yang sedang kubayangkan. Aku pikir lukisan itu tepatnya mata kakek Peter kenapa tiba-tiba berkedip...oooh." kataku memperlihatkan kelegaan.
     "Kalian taulah kakekku, terlihat nggak peduli padahal rasa ingin tahunya sangat besar. Walau kakek tau kami mengetahuinya, kakek akan menyangkalnya." begitulah Willow menjelaskan.
     "Kita mana tau apa kakek juga MELETAKKAN PENYADAP di sekitar sini." suara Willow sengaja dikeraskan untuk menyindir kakek sambil melihat ke arah lukisan.
     Ya ya ya...kami hanya mengangguk tanda setuju. Memang seperti itulah kakek Peter, mungkin sedikit aneh tapi kakek Peter adalah orang yang benar-benar baik. Aku akui.
     "Jadi, kenapa kau kembali Ry?" kata Viona mengembalikan topik yang seharusnya kami bicarakan.
     "Oh ya, toko kelontong milik Dad. Dad sengaja nggak menjualnya sebagaimana rumah kami yang juga nggak dijualnya." aku mengambil gelas yang berisi limun dan mulai menyeruputnya.
     "Dad yakin suatu saat ada di mana saat kami akan kembali ke kota ini jika hal-hal buruk terjadi di sana, misal PHK karena bangkrut atau mereka telah renta dan ingin kembali ke tempat yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota besar. Atau saat kakakku, Tod membutuhkan tempat tinggal yang cukup besar bersama keluarganya kelak. Kakaku Jen, mungkin nggak akan mewarisi rumah itu karena dia sudah mapan bersama suami dan anak-anaknya di rumahnya sendiri." aku jeda sebentar sambil mengunyah waffle yang lezat ini.
     Sementara mereka bertiga juga asyik mengunyah dan minum sambil mendengarkan penjelasanku. Ow, mereka benar-benar terhipnotis dengan makanan itu. Nenek Carla jago banget masak, kami sangat senang kumpul di rumah Willow karena kami nggak akan kelaparan di sini. Hmm, Sophie juga pandai memasak tapi nggak dengan Willow.
     "Ah! jadi kamu bakalan ngelanjutin usaha toko kelontong itu?" kata Zack menebak.
     "Umm, kurang lebih seperti itu. Aku menyetujuinya dengan syarat paman Jack, pengasuh di keluargaku itu ikut menjagaku dan paman Jacklah yang akan melanjutkan usaha kelontong Dad. Mungkin aku akan ikut membantu sedikit." aku menatap satu persatu sahabat-sahabatku ini.
     "Demi kalian aku merengek minta kembali kemari, walau akhirnya Dad dan Mam menyetujui karena bosan dengan perkataanku yang itu-itu saja seputar kehidupanku yang begitu sempurna di kota ini. Sedikit membual. Mungkin sedikit rasa bersalah karena tiba-tiba kami pindah seperti itu." aku tersenyum.
     "Dan..." aku mulai mendekatkan kepalaku ke arah mereka, mereka juga melakukan hal yang sama. Kemudian melihat ke arah kamar Sophie.
     "Aaaaaa..." kata mereka serempak.
     "Ssst, aku ingin minta maaf." kataku setengah berbisik.
     "Aku meminta maaf bukan karena aku menyukainya tapi meminta maaf karena membuatnya nggak nyaman. Aku belum sempat melakukannya."
     "Yeaaah, setiap telepon akan kuberikan pada kak Sophie...Ryan buru-buru menutupnya." Willow nggak terkejut dan dengan santai menjelaskan.
     "Aku menganggap itu sangat nggak pantas. Aku berani nembak dia secara langsung, jadi aku harus menyelesaikannya juga secara langsung. Aku nggak ingin diperlakukan seolah nggak dikenal karena Sophie sepertinya berusaha menghindariku." aku menenggak habis semua limun dalam gelasku.
     "Kalau perlu aku juga harus menggunakan alat buatan Zack dan selamanya Sophie nggak akan tahu perasaanku. Mungkin itu bisa bikin dia nggak cuek padaku."
     "Waw!" hanya itu kata yang keluar dari mulut Viona.
     Willow memandangku dengan serius. Zack hanya menggaruk-garuk kepala dengan kedua tangannya sambil melihat ke bawah.
     "Aku yakin, alatku itu belum siap. Kau lihat tadi..." akhirnya Zack berbicara.
     "Tapi itu akan siap kan? ini juga alasan buat diriku sendiri untuk terus meminta ijin Dad, Mam agar bisa kembali." aku terdengar putus asa.
     "Kita pikirkan lagi nanti, ya..." kata Willow.

***

Cerita selanjutnya dari Yiq: Sang Petualang Science

Baiklah bagian lanjutan versi saya dan bagaimana karakter Ryan itu dari Mari Berimajinasi Minna !!
Jadi, sekarang giliran Ma dan Yiq (^..^)...bikin-bikin aja dulu biar gak melempem, postingnya gampang.

14 komentar:

  1. oke,,,yiq akan mengangkat tokoh zack,,,,mudah2an berhasil,,,,
    coba-coba nyoret dulu,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo dari certa yang Kiki ya Yiq ... Zack itu rada hiper-aksi walau jenius...huuuu keren..ditunggu lanjutannya ^,^

      Hapus
  2. berarti yang tersisa viona... nahhh... saya pending dulu... masih agak bingung... saya buat tulisan yg lain dulu yaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. eeh tapi sebenarnya saya juga belum bisa nebak karakter Viona bagaimana...atau mungkin Sophie juga masuk pengembangan..atau Sophie figuran aja, baca lagi cerpennya mbak Q_Q ^^,

      Hapus
    2. di cerita ttg zack, yiq sedikit memperlihatkan karakter viona, lanjutin imajinasi karakter viona QQ onni,,,

      Hapus
    3. siiiip yiq, penasaran nih karakter zack oleh yiq bakalan dibut jadi kayak gimana... walopun sy dah kasih sedikit gambaran zack kayak gimana diperkuat oleh Rany, Yiq masih bisa memperkuat karakter tuh, selamat jadi anak jenius... :D

      semangat!

      Hapus
    4. iya Yiq... kalo Zack ini mudah dibikin sifatnya, yang agak susah itu cara bikin dia jenius..tapi kayaknya ga begitu sulit buat Yiq, karena Yiq setidaknya ngerti bereksperimen dg cairan2 kimia.....

      Hapus
  3. wah... awalnya sy bayangin karakter Ryan tu dewasa, dan walopun g dewasa2 amat Rany bisa menggambarkan karakter Ryan sbg karakter yg bertanggung jawab n tentunya lebih dewasa dari temen2nya... suka-suka... :) ...

    wah ternyata kakek peter dibuat jadi kakek nakal yah di sini, hehe... boleh juga kayaknya bakalan lebih seru, kayak katanya mama ada sesuatu dgn masa muda kakeknya, sy pikir mama punya gambaran... sy rada bingung gimna cara gambarin kakeknya yg pasti dy berbeda ama jaman dy muda dulu .. yah bedanya tergantung imajinasi kalian sih :).. yah serunya setiap cerita kita gambarin sifat2 tokoh lainnya... karena kita berempat jadi tokoh utama ya empat orang itu... walaupun cuma figuran karakter2 lainnya bisa tetap dimunculkan di cerita, atau kalo mau nambah karakter juga boleh asalkan tetap mendukung tokoh yg diceritakan... kalo jadi nih bisa jadi cerita yg lumayan nih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin agak belok dari bayangannya tentang si Ryan ini, tapi akhirnya semalam sy tau...setelah baca #ceritakita. di bayangan awal sy, Ryan itu bener2 setia kawan, terbuka n rada keras kepala walau mudah luluh...oke2 jadi dia ditambahkan lebih dewasa dari temen2nya..mungkin karena digambarkan duluan menunjukkan "cinta2an" kali ya, wahahahahahaaa

      awalnya sama sekali ga kepikiran kakek Peter "muncul" alias dibahas di giliran sy ini tapi tiba2 aja pengen gambarin gimana suasana n gambaran ruang tengah Willow, biasanya ada aja foto atau lukisan keluarga nah jadi muncul dah si kakek...jadi biar tulisannya tambah banyak gitu hehehehe n siapa tau muncul ide lainnya buat Q_Q, Ma sama Yiq C:

      oia, bikin aja fantasi seperti yg dipikirin itu... >..<

      Hapus
    2. yah yg Rany pikirin juga pas kok sama karakter Ryan... cuma sy nulis garis besarnya aja d twitter, maklum tulisan dibatasin, hehe

      yah akan coba coret2 dulu, he masih belum dapat feelnya ==> cerita fantasi tu...

      Hapus
  4. sy tunggu, sy ini pembaca setia postingan2nya ^_^ apapun itu

    ini sedang meraba2 karena lanjutan ceritanya belum ada, jadi belum tau "mau dibawa kemana" si Ryan ini...n berhubung Ryan ini laki jadi semoga jalan pikiran sy gak ikut masuk jadi jalan pikiran Ryan.

    wahahahaha...bagaimana ya kalo sy bikin dy nangis sesenggukan atau pikirannya jadi abstrak bukan straight...ilfil bertingkat2 kalo Ryan kayak gitu..

    BalasHapus
  5. nitip absen dulu....nanti baca kalo udah sempet..... :D

    BalasHapus

Welcome blogger.... ^_^
Ber-komen-lah dengan bahasa yang baik & no SARA.