"Huaaaaaang.....!"
Hah, menyebalkan. Dari kamar, tau-tau saya udah ada di teras rumah. Berjalan dengan cepat karena dalam pikiran, hanya ingin memberitahu anak-anak tetangga yang main di depan rumah untuk ga saling ganggu dan bikin keributan.
"HEH, UDAH BESAR GANGGUIN ANAK KECIL!!" Sambil berkacak pinggang dan tentunya intonasi yang salah. Huuuuh, benar-benar intonasi yang salah. Maunya sih ngasihtau dengan cara yang biasa aja, tapi suara yang terdengar jadi besar seperti auman harimau, bencong yang berubah ke suara aslinya atau ahh apalah. My bad...my bad. Bapak yang tertidur di sofa tiba-tiba bangun karena kaget, entah kaget karena suara anak tetangga yang nangis atau karena suara saya.
Jadi ceritanya gini, adek Yuri yang baru 4 tahun lagi asyik main sama Hanif yang seumuran di halaman rumah kemudian pindah ke belakang rumah karena dipanggilin dan digangguin sama Arif yang sudah SD dan Aldo yang lebih besar lagi malah udah SMP dari luar rumah. Mereka berdua emang sering banget ngerjain anak-anak yang lebih kecil. Sayangnya walaupun sering dinasihatin supaya "jagain anak yang lebih kecil jangan malah digangguin", lewat gitu aja di kuping mereka. Akhirnya
dengan bujukan apa dari dua anak besar ini, Hanif mau keluar rumah dan Yuri juga ikut-ikutan keluar. Ga lama setelah Hanif keluar si Hanif nangis dan teriak kayak tadi. Dalam hati, dua anak tetangga yang udah besar itu bandel banget sih...karena bukan hanya si Hanif yang terganggu tapi tetangga lainnya juga, bahkan ada bayi juga di tetangga depan rumah. Saya juga tambah kaget sendiri begitu saya sadar suara apa yang saya pakai buat meneriaki dua anak tetangga yang sudah besar itu. Rasanya lega, tapi juga deg-degan sekaligus nyesel. Kok kayaknya saya yang lebih ribut ya.....
dengan bujukan apa dari dua anak besar ini, Hanif mau keluar rumah dan Yuri juga ikut-ikutan keluar. Ga lama setelah Hanif keluar si Hanif nangis dan teriak kayak tadi. Dalam hati, dua anak tetangga yang udah besar itu bandel banget sih...karena bukan hanya si Hanif yang terganggu tapi tetangga lainnya juga, bahkan ada bayi juga di tetangga depan rumah. Saya juga tambah kaget sendiri begitu saya sadar suara apa yang saya pakai buat meneriaki dua anak tetangga yang sudah besar itu. Rasanya lega, tapi juga deg-degan sekaligus nyesel. Kok kayaknya saya yang lebih ribut ya.....
Begitu Hanif nangis dan teriak, Ibu bergegas melihat sampai ke luar rumah dan ternyata sandalnya Hanif diikat pakai tali tasik (kapan dan bagaimana juga ga ngerti) dan ditariklah buat candaan sama dua anak tetangga yang lebih besar tadi. Nangislah si Hanif. Ibu yang lebih dulu sadar Hanif diganggu lha malah saya yang duluan ada di teras rumah dan tiba-tiba meneriaki dua anak tetangga yang lebih besar tadi. Cep. Dua anak tetangga yang lebih besar tadi langsung diam, menjauh dari rumah saya dan bergegas pergi (dan kaget tentunya). Heh, dan si Yuri malah ketawa karena tahu masalahnya (sandal si Hanif yang ditarik pakai tali tasik). Ini pertama kalinya saya meneriaki anak tetangga setelah hampir 15 tahun "hidup" sama mereka, yaaa dari mereka belum lahir tentunya. Yuri dan Hanif pun tak suruh main di dalam rumah saja.
Yang tak pikirin sekarang, tetangga pasti kaget dengan saya yang meneriaki dua anak tetangga yang lebih besar tadi yang hanya bersenang-senang versi mereka doank karena mungkin tetangga hanya dengar saya teriak pas sedang ribut ma adek-adek di dalam rumah. Mungkin juga si ibu dari dua anak tadi bakal sebel sama saya karena bagaimana pun nakalnya mereka, posisi saya adalah meneriaki anak-anak mereka. Bagaimana "nasib" Hanif dan Yuri selanjutnya setelah mereka diselamatkan (saya) dari kejahilan dua anak tetangga yang lebih besar itu? Hah, moga ga tambah parah dikerjain. Biasanya kalau orang dimarahi atau diteriaki malah jadi sebel ke orang yang meneriaki, tapi karena sungkan atau ga bisa membalas....ya orang-orang sekitar (yang kelihatan lebih lemah kayak Yuri) yang berhubungan dengan orang yang meneriaki yang jadi sasaran empuk. Atau kelakuan saya yang meneriaki anak tetangga malah jadi obrolan tetangga. Yang terakhir ini mudah-mudahan ga deh, karena tetangga juga tahu usilnya dua anak tatangga yang lebih besar tadi....*nah kan, sampai geli mau nyebut nama mereka* yaaaah~
Kalau dipikir-pikir, dua anak tetangga yang lebih besar tadi masalahnya dimana ya....? Hemmm, apa karena merasa dulunya waktu masih lebih kecil juga sering dijahilin sama yang lebih besar (salah satunya si Aldo ini yang ngejahilin si Arif) jadi waktu besaran dikit ganti jahilin anak yang lebih kecil. Apanya yang hebat sih bikin nangis anak orang? Tetangganya sendiri pula. Padahal kalau sendiri, jenis anak seperti mereka itu ga berani gangguin. Beraninya kalau rame-rame. Cemeeeeeen.
Puasa woy. Puasaaaaaa. Astaghfirullah....ada-ada aja.
oooo...ternyata bak Ran Ran galak juga ya,,,,kasian anak tetangga...
BalasHapus"bak"(?)
BalasHapusgalak...ooo bisa donk,,,kkkkk