Dengarkan apa yang ada di sekitarmu, bukan di pikiranmu.
Coba resapi lemah kuatnya suara-suara, pelan cepatnya suara-suara itu berlalu.
Apa yang kamu rasakan dari suara-suara itu, ran?
Lelahkah kamu mendengarnya?
Mau tak mau kamu akan terus mendengarnya, ran..
Sekarang...
Coba lihat sekitarmu, bukan gambar yang ada dalam imajinasimu.
Jujur saja ran, apa yang kamu lihat bisa jauh lebih menyakitimu bahkan menusukmu daripada apa yang kamu dengar.
Karena yang kamu dengar itu hanya luarnya saja, ran..
Terkadang apa yang kamu dengar masih bisa kamu pilih..
Tapi tidak dengan apa yang kamu lihat, ran.. semua akan terlihat jelas satu persatu berikutnya dan berikutnya saat satu saja tirai yang menutup penglihatanmu itu terbuka, ran.
Bagaimana rasanya, ran?
Sakitkah seperti yang sudah-sudah?
Apa kamu masih sanggup melihat yang sudah bisa kamu tebak tentang apa yang akan diperlihatkan padamu, ran? Dibandingkan kamu mendengarkan sesuatu yang mungkin tidak kamu suka tapi bukan berarti melukai atau menusukmu.. walaupun, kamu tetap saja luka kamu tetap saja sakit jika mendengarnya, ran?
Apakah kamu sanggup, ran?
Mungkin kamu tidak akan menyesal dengan apa yang kamu putuskan, tapi kamu pasti menyesal atas apa yang sekitarmu rasakan akibat keputusanmu, ran? mungkin.
Baiklah... sekarang aku bertanya padamu, ran.
Bagaimana rasanya "selalu" kehilangan kesempatan untuk menjelaskan sesuatu yang kamu anggap jujur dan tulus yang kamu rasakan?
Bagaimana mungkin kamu bisa mengambil langkah yang sama untuk membesarkan rasa itu, sementara kamu tahu pola (patah hati) nya akan seperti apa?
Kamu tahu kan ran akan seperti apa?
Kamu akan ditinggalkan tanpa di-tahu sedikitpun tentang rasa jujur dan tulusmu itu.
Karena untuk menghindari pola itu, kamu gagal menemukan langkah antisipasinya.
Kamu malah diperlihatkan sesuatu yang sebelumnya bisa kamu sangka namun masih juga tidak terduga.
Kamu justru diperlihatkan lagi pola yang sama.
Bagaimana, lelah, ran?
Kamu diperlihatkan sebuah kisah yang sungguh di luar imajinasimu.. karena kamu terlalu lemah untuk menolak mengetahui.
Kamu terlanjur mau mengetahui dan kamu justru, kamu seolah... menjadi tameng kisah tersebut.
Bisakah kamu berhenti, ran?
Berhenti berpura-pura tidak merasakan apa-apa dari apa yang kamu lihat?
Berhenti berpura-pura tidak merasa hancur sendirian? ya, kamu sendirian, ran... hanya kamu yang merasakan, ran. Hanya kamu, ran.
Baiklah, tidak usah diteruskan.
Satu saja, luruskan niatmu... kamu mau apa dari awal, ran?
Itu saja.
Lupakan niatmu yang berikutnya.
Kamu tahu jika kamu memaksakan, kamu akan menyakiti dirimu, menyakiti kisah tersebut.
Bukankah kamu tahu bagaimana rasanya sakit?
Kamu bilang kamu tidak mau menyakiti siapapun, karena kamu tahu bagaimana rasanya itu... ya kan, ran?
Kamu tidak akan merusak apapun, karena kamu tidak ingin dirusak.
Relakanlah, biarkan jalannya membuat kisahnya sendiri.
Biarkan kisahnya menjadi yang terbaik, kisahnya menjadi bahagia... seperti yang kamu harapkan untuk kebaikan dan kebahagiaan kisahnya walau kamu sekarang tidak merasa baik, tidak merasa bahagia, ran. Biarkan.
Hanya untuk sekarang, lihat saja nanti, ran. Ya?
Ya, ran... bukan untukmu yang sekarang, mungkin nanti yang lain, ran.
Pasti. Percaya, ran. Percaya saja.
Ya, ran...... akan ada waktunya kamu bisa dipeluk dan dilindungi oleh kisahmu, ran. Ya?
Sekarang kamu lemah ran. Tapi nanti tidak. Kamu bisa ran. Kamu hebat. Kamu kuat, ran. Kamu tidak benar-benar sendiri, ran.
Sudah ya ran, sudahi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Welcome blogger.... ^_^
Ber-komen-lah dengan bahasa yang baik & no SARA.