Senin, 24 Juni 2013

Cukup!!

Dengan jelas aku katakan gak mau tau lagi tentang A, apapun itu.
Kamu setuju.
Tapi belum ada dua hari, belum ada seminggu lalu jeng jeng A muncul lagi di layar ponselku dan itu dari kamu.

Ya, begitulah...bergantian kamu dan aku, aku dan kamu selalu bilang "jangan lagi ada A. jangan lagi ada A. jangan lagi ada A. JANGAN LAGI ADA A.."

Jujur saja, A sangat mengganggu.
Dan kamu tau itu karena lebih mengganggu lagi buat kamu, kan? kan? kan?
Belum lagi tanggapanmu tentang A yang dengan sangat tegas dan jelas untuk menyingkirkannya.
Tapi, why....why are you (seems) so plin-plan, ha?
Aku udah bilang kan, jangan sebut-sebut lagi tentang A.
Aku gak plin-plan, lho.
Bahkan aku tau sesuatu tentang "A ina inu" dan sengaja gak menyebut-nyebut atau memberi clue.
Eh, malah kamunya ngomongin dengan rasa eneg bahwa "A ina inu".
Lha katanya gak mau ada A lagi.
See, kamu plin-plan kan.

Aku gak marah. Aku bosan.
Bukan hanya sekali dua kamu bilang B dan ingin melakukan C demi 'membunuh' A di antara kita.
Aku lantas menanggapi dengan "lakukan C..".
Tapi apa.........................
Kamu tau jawabannya yaitu lakukan C, tapi dengan alasan D..E..F..G...kamu urung melakukan C.
Ya aku bosan. Kamu setuju kita bosan.

Aku khawatir karena A, kamu jadi mikirin dan memang mikirin walau kamu menyangkal gak mikirin.
Kamu jadi kehilangan sedikit demi sedikit sisi baik dan lembutmu.
Karena kamu berpikir bahwa sesuatu benar-benar terjadi padahal itu hanyalah khayalanmu.
Atau jika di-orang-kan, akan jadi seperti ini : kamu berpikir bahwa aku berpikir begini begitu, padahal aku belum tentu berpikir begini begitu.
Kamu lupa ya, pikiran orang gak selalu sama.
Aku sedikit kasar mungkin, menurutku kamu (terkesan) ge-er.
Dan itulah mengapa aku katakan, ada hal-hal baik yang terkikis darimu.
Aku yang secara gak langsung berkutat dengan A bisa merasakan bahwa ada hal-hal baik yang terkikis dariku juga.
Aku gak suka. Karena otomatis aku 'memang' terlibat dengan A.

Bagaimana rasanya sangat menyukai?
Bagaimana rasanya sangat membenci?
Sama-sama sakit.
Ya, itu adalah sikap menyakiti diri sendiri.
Kalau sudah begitu, semua terlihat dan terasa gak sama lagi.
Pun seandainya diperbaiki, tetap semua terlihat dan terasa gak sama lagi.

Cermin.
A dan kamu adalah cermin.
Aku yakin, kamu melakukan 'sesuatu' hingga A muncul.
Kalau aku, aku gak akan membalas jika itu gak keterlaluan.
Jika keterlauan, aku bisa jadi membalas.
Nah, pasti ada sesuatu yang kamu lakukan hingga A muncul. Pasti.
Yah, oke...aku tau kamu pernah mengatakan kemunculan A walaupun kamu gak menjelaskan penyebab A muncul (dan aku pun gak mau tau).
Kamu jelas mengatakan, tapi kamu gak menjelaskan dengan  rinci (ya, oke oke..aku benar-benar gak mau tau).

Kuncinya ya.....kamu taulah teorinya. Hadapi.
Telan saja semua, jangan pilih-pilih dan jangan plin-plan.
Katakan dengan jelas.
Kalau gak suka bilang aja, masak dipaksa harus suka. Walaupun bukan berarti benci sih.
Kalau salah, minta maaf. Dan jangan terlalu membuat alasan.

Semoga A gak muncul lagi.




keterangan: A adalah sesuatu bukan seseorang. kemunculan A karena masalah yang masih bersisa alias ampas antara kamu dan seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome blogger.... ^_^
Ber-komen-lah dengan bahasa yang baik & no SARA.