Aahhh hausnya. Aww, silau. Kucoba membuka mata perlahan, rasanya berat sekali dan badan ini rasanya juga lelah sampai sulit rasanya untuk digerakkan. Kenapa aku terbaring? Kenapa di pergelangan tangan kiriku ada jarum infus? Kucoba menggerakkan kepala untuk melihat dengan sedikit tenaga yang kupunya. Kulihat di samping kiri ranjangku Bunda duduk tertidur. Bunda ngapain tidur di sofa? Kuarahkan lagi pandanganku ke seluruh ruangan. Di mana ini? Hah, siapa orang-orang ini?Dan siapa orang ini, kenapa dia menggenggam telapak tangan kananku? Sayangnya karena seluruh tubuh rasanya berat, aku bahkan enggak sanggup untuk bersuara. Aku hanya memandang dengan bingung.
“Hoh, kamu sadar!” Kata orang ini terkejut sekaligus terlihat lega dan senang.
“Alhamdulillah! Tante. Tante. Dia sudah sadar.” Kata seorang anak perempuan salah satu dari orang-orang ini, membangunkan Bunda dengan lembut.
“Aku panggil dokter.” Kata anak perempuan yang lain bergegas dan dua lainnya menghampiriku. Terlihat jelas mata mereka memerah dan sembab sehabis menangis.
Ini kenapa ya?
“Oh, Nak…. Alhamdulillah kamu udah bangun.” Bunda tersenyum tapi menangis. Aku berusaha menegakkan kepala, tapi sangat berat dan terasa sakit.
“Udah…udah..jangan gerak dulu ya, kamu pasti capek. Tiduran saja.” Lanjut Bunda sambil menciumi dan mengusap-usap kepalaku. Aku hanya menatap Bunda dan tetap bertanya-tanya dalam hati, ini kenapa ya?